Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang
menyebabkan efek rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya
muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktivitas manusia.
Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang
mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. Karbondioksida adalah
gas terbanyak kedua. Ia timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan
vulkanik; pernapasan hewan dan manusia (yang menghirup oksigen dan
menghembuskan karbondioksida); dan pembakaran material organik (seperti tumbuhan).
Karbondioksida dapat berkurang karena terserap oleh
lautan dan diserap tanaman untuk digunakan dalam proses fotosintesis.
Fotosintesis memecah karbondioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer serta
mengambil atom karbonnya.
Meningkatnya uap air di Boulder, Colorado.
Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul secara
alami dan bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca.
Konsentrasi uap air berfluktuasi secara regional, dan aktivitas manusia secara
langsung memengaruhi konsentrasi uap air kecuali pada skala lokal.
Dalam model iklim, meningkatnya
temperatur atmosfer yang disebabkan efek rumah kaca akibat gas-gas antropogenik
akan menyebabkan meningkatnya kandungan uap air di troposfer,
dengan kelembapan relatif yang
agak konstan. Meningkatnya konsentrasi uap air mengakibatkan meningkatnya efek
rumah kaca; yang mengakibatkan meningkatnya temperatur; dan kembali semakin
meningkatkan jumlah uap air di atmosfer. Keadaan ini terus berkelanjutan sampai
mencapai titik ekuilibrium (kesetimbangan). Oleh karena itu, uap air berperan
sebagai umpan balik positif terhadap aksi yang dilakukan manusia yang
melepaskan gas-gas rumah kaca seperti CO2[1].
Perubahan dalam jumlah uap air di udara juga berakibat secara tidak langsung
melalui terbentuknya awan.
Karbondioksida
Manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida
yang dilepas ke atmosfer ketika mereka membakar bahan bakar
fosil, limbah padat, dan kayu untuk menghangatkan bangunan,
menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik.
Pada saat yang sama, jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbondioksida
semakin berkurang akibat perambahan hutan untuk diambil kayunya maupun untuk
perluasan lahan pertanian.
Walaupun lautan dan proses alam lainnya mampu
mengurangi karbondioksida di atmosfer, aktivitas manusia yang melepaskan
karbondioksida ke udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam untuk
menguranginya. Pada tahun 1750, terdapat 281 molekul karbondioksida pada satu
juta molekul udara (281 ppm). Pada Januari 2007, konsentrasi karbondioksida
telah mencapai 383 ppm (peningkatan 36 persen). Jika prediksi saat ini benar, pada
tahun 2100, karbondioksida akan mencapai konsentrasi 540 hingga 970 ppm.
Estimasi yang lebih tinggi malah memperkirakan bahwa konsentrasinya akan
meningkat tiga kali lipat bila dibandingkan masa sebelum revolusi
industri.
Metana
Metana yang merupakan komponen utama gas alam juga
termasuk gas rumah kaca. Ia merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap
panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan
selama produksi dan transportasi batu bara, gas alam,
dan minyak bumi.
Metana juga dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat pembuangan
sampah (landfill), bahkan dapat keluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutama sapi, sebagai produk
samping dari pencernaan. Sejak permulaan revolusi industri pada pertengahan
1700-an, jumlah metana di atmosfer telah meningkat satu setengah kali lipat.
Nitrogen Oksida
Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang
sangat kuat. Ia dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh
lahan pertanian. Ntrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari
karbondioksida. Konsentrasi gas ini telah meningkat 16 persen bila dibandingkan
masa pre-industri.
Gas lainnya
Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses
manufaktur. Campuran berflourinasi dihasilkan dari peleburan alumunium. Hidrofluorokarbon (HCFC-22)
terbentuk selama manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi,
perabotan (furniture), dan tempat duduk di kendaraan. Lemari pendingin di
beberapa negara berkembang masih menggunakan klorofluorokarbon (CFC)
sebagai media pendingin yang selain mampu menahan panas atmosfer juga
mengurangi lapisan ozon (lapisan
yang melindungi Bumi dari radiasi ultraviolet).
Selama masa abad ke-20, gas-gas ini telah terakumulasi di atmosfer, tetapi
sejak 1995, untuk mengikuti peraturan yang ditetapkan dalam Protokol
Montreal tentang Substansi-substansi yang Menipiskan Lapisan
Ozon, konsentrasi gas-gas ini mulai makin sedikit dilepas ke udara.
Para ilmuan telah lama mengkhawatirkan tentang
gas-gas yang dihasilkan dari proses manufaktur akan dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan. Pada tahun 2000, para ilmuan mengidentifikasi bahan baru yang
meningkat secara substansial di atmosfer. Bahan tersebut adalah trifluorometil
sulfur pentafluorida. Konsentrasi gas ini di atmosfer meningkat
dengan sangat cepat, yang walaupun masih tergolong langka di atmosfer tetapi
gas ini mampu menangkap panas jauh lebih besar dari gas-gas rumah kaca yang
telah dikenal sebelumnya. Hingga saat ini sumber industri penghasil gas ini
masih belum teridentifikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar